Surabaya Fashion Mall

Dengan adanya lima belas mall di Surabaya—jumlah yang cukup besar meskipun masih jauh di bawah DKI Jakarta—bisa dikatakan bahwa shopping sangat berpengaruh besar dalam membentuk pemahaman dan pengalaman sehari-hari warga kota, baik langsung ataupun tidak langsung. Festival utama yang disambut meriah di kota ini adalah Surabaya Shopping Festival. Hingga saat ini, sepertinya tidak ada festival lain di Surabaya yang bisa menandingi serapan begitu banyak pengunjung, perputaran uang, tingkat kemacetan yang ditimbulkan, panjangnya jangka waktu sampai hebohnya  promosi. Mungkin juga karena di Surabaya masih minim ruang-ruang alternatif untuk bertemu, bersosialisasi dan mengadakan kegiatan, atau sekedar ngadem. Maka, mall menjelma menjadi salah satu ruang publik utama. Sebagai ruang publik, mall juga menjadi arena pertunjukan dan pertandingan, di mana berbagai orang atau kelompok mengekspresikan diri dan membentuk identitasnya, termasuk dalam gaya berpakaian.

Kehidupan · 27 April 2013 · Keywords: ·
opening-sbyfashion

Saya mempunyai hobi jalan-jalan ke mall. Sekedar untuk nongkronghang out, melepas penat, atau bersantai dengan teman. Apalagi di Surabaya yang ngujubileh panasnya ini. Mall bagi saya menawarkan semacam oase, meski yah, bisa disebut fatamorgana sih, hehehe… Selain bisa ngadem, saya bisa cuci mata di sini. Tidak hanya melihat barang-barang yang dijual dan dekorasi toko dengan jurus lampu spotlight di etalase, saya juga suka memperhatikan dandanan dan perilaku orang-orang di dalamnya. Seolah seperti teater yang dipentaskan dan ditonton bersama-sama. Ada pola-pola kostum atau dandanan yang menjadi semacam “norma” atau tren yang umum di mall-mall tertentu. Yah, ini berdasarkan pengamatan saya saja sih. Mungkin kalau bahasa pemasarannya segmentasi, positioning, atau diferensiasi gitu ya? Tapi lucu juga sih, jadi serasa menonton fashion runway show, padahal ini di mall. Nah, inilah beberapa mall yang menurut saya memiliki fashion style yang cukup menonjol.

Royal Plaza

royal-1

Setiap kali ke Royal Plaza yang terletak di Surabaya Selatan, saya sering sekali menjumpai anak-anak muda berpakaian kemeja kotak-kotak, dengan celana jeans model pensil atau skinny jeans (itu lho, model yang ketat dan mengecil ke bawah).Warnanya bisa biru atau hitam agak-agak mbulak (pudar), yang jatuh-jatuhnya jadi abu-abu sobek-sobek.  Belum lagi, banyak anak muda yang rambutnya dicat warna pirang atau coklat, dan dry bonding, gaya yang cukup “nabrak” dengan warna kulit sawo matang. Mereka berani memadukan semuanya, sehingga menjadi sebuah style khas Royal Plaza yang cukup terkenal. Selain dari atasan mereka yang seperti itu, biasanya mereka menggunakan sepatu sneaker atau sandal.

Kebanyakan dari pakaian yang dikenakan tidak mempunyai merek tertentu. Beberapa pengunjung yang saya tanyai mengatakan bahwa mereka lebih mengutamakan kenyamanan ketimbang brand. Kebanyakan dari mereka jalan-jalan ke Royal Plaza sebagai bentuk refreshing sepulang dari kuliah, karena kebetulan Royal Plaza memang dekat dengan salah satu universitas di Surabaya. Atau kebetulan karena dekat dengan lokasi tempat tinggalnya. Tujuan mereka pergi ke Royal Plaza memang untuk bersantai atau membeli barang kebutuhan. Contohnya Eka yang mengenakan kemeja kotak-kotak putih hitam pergi ke Royal untuk membeli kue. Sehingga di sini banyak sekali orang yang berpakaian sekedarnya, dan juga sederhana. Mungkin mereka langsung saja dari rumah ke Royal.

Surabaya Town Square

sutos-1

Surabaya Town Square, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Sutos, merupakan salah satu rujukan hangout utama anak-anak muda Surabaya, terutama kelas menengah ke atas. Berbeda dengan mall-mall lainnya, daya tarik utamanya adalah banyaknya gerai makanan dan café untuk nongkrong, dengan jam buka hingga jam 12 tengah malam. (Padahal rata-rata café dan resto di mal-mal lain di Surabaya tutup jam 10-11 malam.) Jelas target utamanya sebagai tempat nongkrong anak-anak muda, terutama di malam Sabtu atau malam Minggu.

Nah, pola dandan dari banyak pengunjung Sutos ini sejujurnya sempat membuat saya terperangah. Sebagian pengunjung Sutos berdandan all out, fashionable dengan model masa kini. Mulai dari pakaian formal dress, jas, blazer, kaos, blouse semi formal, sampai pakaian yang lebih “berani”, penuh modifikasi. Contohnya Anja, dia berpakaian mengenakan oversized t-shirt yang seharusnya untuk laki-laki. Anja memodifikasinya sehingga tampak seperti terusan panjang yang dipadukan dengan boots bermerek Doc Mart. “Tidak ada alasan khusus, memang tiap kali berdandan harus outstanding,” kata Anja ramah, saat ditanyai alasan berpakaian demikian. Mayoritas pengunjung Sutos datang untuk hangout, menonton atau jalan-jalan, karena Sutos memiliki atmosfer yang menyenangkan. Walaupun demikian, pakaian saat mereka hang out terlihat fashionable, memang berdandan khusus. “Ya ngga’ mungkin juga berdandan seperti ini ke Royal kan,” jelas Nina yang melanjutkan pergi ke Sutos dari satu acara lainnya.

Galaxy Mall

galaxy

Berbeda lagi dengan di Galaxy Mall. Satu hal yang tampak mencolok adalah banyaknya orang yang mengenakan celana pendek. Mulai dari shorts, baggy pants, hot pants, dan sebagainya. Celana pendek ini biasanya mereka padukan dengan berbagai macam atasan. Seperti contohnya seorang anak SMP yang memadukan hotpants dengan blouse formal biru tua ditambahkan dengan flat shoes dan clutch. Dia mengatakan memang seperti itulah caranya berdandan sehari-hari. Lain lagi dengan seorang remaja yang saya temui di dekat XXI, dia mengaku mengenakan pakaian seperti itu agar terkesan seksi. Yang satu lagi, ada pasangan yang sedang berjalan-jalan mengenakan celana pendek. Saat saya tanya, mereka menjawab karena nyaman dan santai. Di sini saya bisa melihat sepotong celana pendek yang dipadukan dengan berbagai macam atasan yang tetap membuat mereka terlihat outstanding serta casual.

Pola berpakaian ini sama-sama santai, tapi berbeda dengan mayoritas pola pakaian di Royal Plaza, ada lebih banyak kulit tubuh yang terpampang, hal yang mungkin risih dilakukan di tempat-tempat lain. Mungkin ini ada hubungannya dengan faktor “keamanan” mall ya? Karena dibandingkan dengan mall lain, Galaxy termasuk salah satu yang sangat ketat dengan pengawasan masuk-keluarnya. Ada satpam di depan pintu masuk-keluar dilengkapi sensor. Ada juga tulisan “sandal dilarang masuk”. Sedikit banyak ini menghalangi kelas-kelas tertentu untuk memasuki ruangan Galaxy, dan memberi kesan “aman” pada pengunjungnya. Tidak perlu khawatir akan dicolek-colek atau disuiti di sini. Karena toh banyak orang lain berdandan yang sama. Mungkin sih.

Tunjungan Plaza, Grand City, Ciputra World

Saya masih ingat saat awal tinggal di Surabaya, mall yang pertama kali saya datangi adalah Tunjungan Plaza. Tunjungan Plaza yang akrab disingkat TP ini sangat besar, dan terdiri dari beberapa blok. Ada TP1, TP2, dan TP3. TP4 rupa-rupanya sedang dibangun. Menggantikan plesetan TP4 untuk menyebut pasar minggu di Tugu Pahlawan—sepertinya plesetan itu akan segara berubah menjadi TP5, hehehe… Pertama kali saya mengitari Tunjungan Plaza, kaki saya sampai terasa sakit saking pegalnya (padahal saya juga tidak pakai sepatu hak—bayangkan dong perempuan-perempuan yang mengenakan sepatu-sepatu bertumit tinggi itu.) Di TP, saya rasa, pengunjung yang datang cukup beragam dan berasal dari berbagai kalangan. Mungkin karena besarnya itu ya, jadi di yang berkunjung dan bisa terlayani juga bermacam-macam. Di sini tidak ada larangan mengenakan sandal, berbeda dengan beberapa mall lain yang memposisikan diri sebagai lebih eksklusif.

Cara berpakaian mereka pun bermacam-macam, tidak ada yang terlalu menonjol. Ada yang berpakaian anak sekolahan, ada juga yang seperti eksekutif muda, berpakaian ala Korea, ataupun sekedar berpakaian santai. Sama halnya seperti Grand City, sebuah mall yang besar dan megah. Pengunjung-pengunjung yang datang pun dari berbagai kalangan. Tetapi, pengunjung Grand City berdandan sedikit lebih formal ketimbang pengunjung Tunjungan Plaza. Mungkin karena Grand City adalah mall yang lebih baru. Nah, menurut salah satu teman saya yang telah lama mengamati fashion di Surabaya, di Grand City kadang-kadang muncul gaya Randies. Apa itu? Rapi tapi Indies: stylish, rapi, kemejanya dikancing hingga ke leher.” Berlanjut ke Ciputra World. Mall ini bisa dikatakan baru dan juga besar, tipikal seperti Tunjungan Plaza, dan Grand City, memiliki konsep yang berbeda ketimbang mall lainnya pada segmen food court-nya. Pengunjungnya pun juga datang dari berbagai kalangan. Namun, fashion taste disini cukup menarik, sama halnya seperti Grand City. Walau tidak ada pola yang menonjol, tetapi para pengunjung disini berdandan santai namun tetap fashionable.

***

closing-adrea
Ini dia tampang penulisnya…

Sebenarnya sih masih banyak mall-mall lain di Surabaya.. Karena saya tumbuh dan besar di Bontang, kata teman-teman asli Surabaya, saya ini “anak daerah.” (BiarinToh kalau di Jakarta, kami semua yang dari Surabayalah yang jadi “anak daerah”, atau “dari Jawa.”) Jadi sebenarnya agak sedikit kaget dan penasaran melihat adanya stereotipe pola-pola tertentu di mall-mall di Surabaya ini. Ada Plasa Surabaya yang masih akrab disebut dengan nama asalnya Delta Plaza. BG Junction yang dulunya merupakan Wijaya. Lenmarc, mall baru yang dibuat dengan interior sangat mewah, tapi masih kosong pengunjung maupun tenant. Mall-mall di atas saya pilih karena beberapa pengunjung-pengunjungnya, setidaknya pada saat saya melakukan penulisan ini, memiliki pola, tren yang sedikit mencolok dalam cara berpakaiannya. Sedikit banyak kita mungkin bisa menduga-duga apa penyebabnya. Kalau merasa pengamatan saya ini tidak benar, jangan marah yah. Karena namanya juga tren berpakaian, sangat cepat berganti dan berubah. Mungkin saat Anda membaca ini, bisa jadi pola-pola dan tren berpakaian yang saya amati ini bisa jadi sudah berubah.

This post is also available in: English

Adrea Kristatiani
Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Airlangga

Email | @adrkrist | Profile

LOCATION

Royal Plaza, Jalan Jendral Ahmad Yani, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Surabaya Town Square, Jalan Adityawarman, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Galaxy Mall, Jalan Dharmahusada Indah Timur 37, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

  • Dee Novi Fatma

    tulisan yang menarik ^_^

    • hasan afandi

      dee novi fatma ex panjimas ya…

  • kem • ɯǝʞ

    saya suka saya sukaaa

  • hasan afandi

    so truee…betul banget tulisan ini…