t’ Spookhuis, roman misteri Gedung Setan dalam bahasa Jawa

Roman dalam bahasa Jawa, t’ Spookhuis menceritakan petualangan Sidharta, seorang pemuda pribumi yang sekolah di sekolah Belanda dengan Sonia Heuvelman, gadis indo teman sekolah Sidharta yang mana Sidharta menyanggupi tantangan teman-temannya terutama Jan van Vliet untuk masuk ke Gedung Setan (bangunan tua yang hingga kini tetap berdiri di pertigaan Jl. Banyu Urip, Diponegoro dan Pasar Kembang).  Dengan keyakinan bahwa hantu itu tidak ada dan dilengkapi alat-alat seperti kamera, alat penerjang dan pentungan.  Kisah roman pun terjadi saat interaksi Sidharta dan Sonia, gadis indo yang cantik jelita.

Buku · 12 July 2013 · Keywords: ·
Ulasan-SPOOKHUIS-sampul

Novel ini sangat menarik perhatian saya pada awalnya.  Gambar sampulnya mengingatkan saya pada komik-komik Indonesia tahun 70an dan awal 80an.  Setelah saya lihat lebih lanjut ternyata buku ini adalah sebuah roman misteri karya penulis asal Surabaya yang produktif yaitu Pak Suparto Brata. Selain itu yang membuat saya semakin tertarik adalah buku ini meruapakan roman dalam bahasa Jawa.  Selama ini saya sudah menikmati karya-karya Pak Suparto Brata dalam bahasa Indonesia.  Membaca karya beliau dalam bahasa Jawa akan memberikan pengalaman yang mungkin berbeda.

Tulisan-tulisan karya Pak Suparto Brata dalam bahasa Jawa ditulis dengan bahasa Jawa yang mudah dipahami terutama oleh orang Surabaya seperti saya.  Memang ada beberapa kata yang membuat saya berpikir untuk menginterpretasikan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.  Tetapi sejauh ini saya menikmati membaca karya Pak Suparto Brata.

Suparto Brata

Suparto Brata lahir di Surabaya, 27 February 1932. Penulis Sastra Jawa, Cerita Fiksi dan Novel ini telah menerbitkan lebih dari 140 buku. Selama ini saya sudah menikmati karya-karya Pak Suparto Brata dalam bahasa Indonesia. Membaca karya beliau dalam bahasa Jawa akan memberikan pengalaman yang mungkin berbeda.

Roman t’ Spookhuis (baca: de Spuuk Heiys) menceritakan petualangan Sidharta, seorang pemuda pribumi yang sekolah di sekolah Belanda dengan Sonia Heuvelman, gadis indo teman sekolah Sidharta yang mana Sidharta menyanggupi tantangan teman-temannya terutama Jan van Vliet untuk masuk ke Gedung Setan (bangunan tua yang hingga kini tetap berdiri di pertigaan Jl. Banyu Urip, Diponegoro dan Pasar Kembang).  Dengan keyakinan bahwa hantu itu tidak ada dan dilengkapi alat-alat seperti kamera, alat penerjang dan pentungan.  Mereka masuk ke gedung setan.

Kisah roman pun terjadi saat interaksi Sidharta dan Sonia, gadis indo yang cantik jelita.  Gurauan-gurauan menggoda antara keduanya memberi warna tersendiri dalam roman ini dan walaupun setting cerita adalah Surabaya pada masa kolonial tetapi gurauannya ternyata tidak berbeda jauh dengan anak muda pada jaman sekarang.

Keunggulan dari tulisan-tulisan Pak Suparto Brata adalah cerita dengan detail masa lalu yang rinci.  Hal ini karena pengetahuan Pak Suparto Brata yang kaya akan hal-hal yang terjadi pada masa lampau dan hal ini yang tidak bisa ditandingi penulis-penulis masa kini.  Gambaran tentang keadaan suatu tempat dan keadaan saat itu mampu mengajak alam imaji saya berkelana pada masa-masa tersebut.

Untuk adilnya, kelemahan dari novel roman misteri yang saya rasakan ini adalah kalimat yang cenderung diulang sehingga laju cerita terasa lambat.  Meski mungkin enak kalau dibacakan secara lisan! Selain itu penggunaan bahasa Belanda yang cukup banyak tanpa catatan kaki terjemahan membuat pembaca yang tidak mengerti bahasa Belanda akan cukup kesulitan memahami.

Berbagai penghargaan dan capaian yang telah diperoleh Pak Suparto Brata tentunya merupakan jaminan akan bacaan yang enak dinimati dan informatif.  Selamat membaca…

This post is also available in: English