Memetakan & menggambarkan Kampung Arab

Memetakan & Menggambarkan Kampung Arab

1. Pasar Ikan Pabean

Saat kita menyusuri sepanjang Jl. Sasak, kita akan disuguhi deretan baskom dan baki penuh hasil laut, mendengar penjual-pembeli saling tawar menawar, anak kecil sedang mandi hingga kucing berkeliaran. 

2. Perempuan dan anak-anak Madura

Pemandangan ini wajar terlihat di sore hari, sekitar pukul 3-4 sore. Biasanya, anak-anak di kampung sudah mandi, lengkap dengan bedak (yang ‘sedikit’ terlalu banyak) di badan dan wajah mereka. Biasanya mereka bermain bergerombol dengan teman-teman sebayanya, didampingi oleh ibu yang menyuapi mereka dengan makan sore. 

4. Makanan / 6. Langgar Sanggipodin

4. Kiri: Makanan di kampung Arab / 6. Kanan: Dari luar, tempat ini tampak kecil dan kumuh. Tapi begitu memasuki bagian dalamnya, saya terpukau.

MSW

Ode to Manic Street Walkers lah! Kalian keren!

Peta MSW di Kampung Arab

Kolaborasi saya yang pertama bersama Tinta!!! Disini, Tinta yang membuat petanya, sedangkan saya menambahkan ilustrasi-nya.

Nitchii adalah pecinta kucing, penyuka ilustrasi. Doodle dan kartun yang disertai dengan cat air berwarna ceria seperti dalam ilustrasi buku cerita anak-anak adalah ciri khas karya-karya Nitchii. Hasil karya Nitchii banyak diambil dari kejadian sehari-hari. Setelah mengikuti jalan kaki bersama Manic Street Walkers ke Kampung Arab, ia membuat beberapa ilustrasi mengenai perjalanannya.

Desain, Kampung · 27 August 2013 · Keywords: ·

Pada hari Selasa, 23 Juli 2013 lalu, melalui program C2O, klab pejalan kaki Manic Street Walkersmenjelajahi Kampung Arab Surabaya. Dari acara jalan-jalan ini, Nitchii, seorang ilustrator dari LOS (kolektif ilustrator Surabaya), menghasilkan beberapa ilustrasi asik mengenai Kampung Arab, dan sebuah peta dengan berkolaborasi dengan Tinta sebagai ketua klab Manic Street Walkers. Bagaimana proses di balik pembuatan ilustrasi-ilustrasi ini? Bagaimana menggambarkan dan menerjemahkan pengamatan ke dalam ilustrasi? Simak wawancara kami dengan Nitchii!

Bisa ceritakan sedikit mengenai masing-masing ilustrasi? Kami tertarik dengan tafsiran Nitchii dalam menggambarkan jalan-jalan ini?

Jalan kaki keliling Kampung Arab kemarin adalah pengalaman pertama saya barengan MSW. Sebenarnya, saya sudah berkali-kali melakukan perjalanan ke Kawasan Religi Ampel. Baik sekedar lewat atau untuk acara ber-’kolesterol ria’ bersama kambing oven dll. Namun, baru pertama kali kemarin saya merasa banyak hal yang hanya bisa saya selami dengan berjalan kaki.

1. Fish Market
Sifatnya yang menyerupai pasar kaget, di mana transaksi jual beli, lalu lintas dan kegiatan sehari-hari, tumplek menjadi satu. Saat kita menyusuri sepanjang Jl. Sasak, kita akan disuguhi deretan baskom dan baki penuh hasil laut, mendengar penjual-pembeli saling tawar menawar, anak kecil sedang mandi hingga kucing berkeliaran. Unik sekali. Menurut saya, selama kita tidak dipepet sepeda motor / mobil yang melintas, almost every moment is kodak moment. :p

2. Maduranese
Di Jawa (atau di seluruh indonesia ya, CMIIW) pemandangan ini wajar terlihat di sore hari, sekitar pukul 3-4 sore. Biasanya, anak-anak di kampung sudah mandi, lengkap dengan bedak (yang ‘sedikit’ terlalu banyak) di badan dan wajah mereka. Biasanya mereka bermain bergerombol dengan teman-teman sebayanya, didampingi oleh ibu yang menyuapi mereka dengan makan sore. Saya selalu menyukai pemandangan tersebut.

Nah, saat saya dan teman-teman menyusuri  Jl. Kalimas Timur, saya melihat empat anak perempuan madura, masing-masing mengenakan baju pergi dengan eyeliner tebal khas wanita madura, duduk cantik di pinggir sungai bersama seorang Ibu muda. Saya menyukai motif, warna dan kombinasi busana yang mereka pakai.

3. Food
Perkara makanan, tentunya  adalah favorit saya! Untuk sketsa yang ini adalah semata-mata bentuk pertanggungjawaban saya terhadap apa yang sudah saya makan bersama teman-teman MSW kemaren. Dan buat saya, dari 4 menu diatas, semuanya enak!!!

4. MSW
Ode to MSW lah! Kalian keren!

5. Map
Kolaborasi saya yang pertama bersama Tinta!!! Disini, Tinta yang membuat petanya, sedangkan saya menambahkan ilustrasi-nya.

6. Langgar Sagipoddin
Dari luar, tempat ini tampak kecil dan kumuh. Tapi begitu memasuki bagian dalamnya, saya terpukau. Di dalam sana, kami melihat wanita tua sedang melantunkan doa, diterangi sinar matahari sore yang menembus jajaran jendela dan tangga batu, membuat bangunan ini sungguh terlihat dramatis.

Apakah dalam prosesnya, membuat sketsa di tempat saat  berjalan-jalan, mengandalkan ingatan, atau menggunakan foto?

Buat orang yang cenderung pelupa seperti saya, menggunakan foto dan menulisnya adalah kombinasi paling pas. Foto untuk visual dan tulisan untuk info detil dan cerita dibaliknya.

Kalau dilihat, alat yang digunakan Nitchii kebanyakan cat air yah? Apakah ada alat lain? Boleh dijelaskan langkah-langkahnya, dari “mengamati”, membuat sketsa, sampai akhirnya jadi ilustrasi jadi?

Yup, cat air saja. Langkahnya sih seperti biasa saja. Saya menggunakan kamera ponsel untuk mendokumentasikan setiap hal yang menurut saya menarik (atau bahkan yang sama sekali tidak menarik). Nanti setelah melakukan perjalanan, kita review kembali koleksi foto tadi. Karena terkadang, beberapa hal terlewat. Seperti detil arsitektur yang tak terlihat saat perjalanan, dsb.

Apakah Nitchii menyarankan membuat sketsa di tempat?

Kalo mau asik-asikan sih, emang live drawing paling oke! Tapi buat saya sih, lebih baik ambil praktisnya. Kadang, saat perjalanan kita kan ngga selalu menemukan tempat yang kondusif buat menggambar.

Kalau ya, ada tips trik yang bisa dibagi dalam proses pengadaptasian ini?

  • Siapkan buku sketsa dengan alas yang cukup tebal, jadi fleksibel jika tidak menemukan meja / alas gambar.
  • Bawa alat gambar seadanya.
  • Jangan terlalu ambisius. (Semisal ingin sketsa menjadi sebuah gambar jadi, lengkap dengan shading dan warna, dll..) Menggambar kan untuk merekam momen. Jangan sampai momen tersebut hilang karena kita lebih fokus pada kertas.
  • Hal kecil bisa mencuri hati. Jangan lupa untuk memasukkan sekelumit detil yang ada di sekitar kita.

Objek apa sih yang biasanya paling menarik perhatian Nitchii untuk digambar saat membuat sketsa jalan-jalan seperti ini (manusia, makanan, arsitektur,dll mungkin)?

Bisa apa aja. Apa yang saya lihat, rasa/alami (dan saya kunyah) bisa jadi ide gambar.

Nitchii sejak 2012 sepenuhnya menjadi ilustrator dan desainer dengan label sendiri, dari sebelumnya masih bekerja di kantor lain. Bisakah berbagi pengalaman, tips dan trik “menyambung hidup” sepenuhnya sebagai ilustrator / desainer?

Tahun 2012 saya berhenti bekerja dari sebuah agensi kreatif dan memberanikan diri menjadi self-proclaimed ilustrator dan desainer lepasan. Setelah lebih dari lima tahun bekerja sebagai pegawai kantoran, saya sempat mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Terutama mengenai waktu. Selama beberapa bulan saya berkarya suka-suka untuk menggemukkan portfolio. It’s a good thing, selama kita disiplin. Berikut yang saya lakukan selama ini:

1. Menentukan berapa jam kita bekerja setiap hari dan patuhi
Emang sih sepertinya sederhana, tapi tidak semudah kelihatannya. At least, buat saya (hehe). Ngga harus terlalu strict yah, tetap fleksibel. Jika tidak ada deadline mendesak, saya menerapkan 4 jam tiap hari. Tapi kalau ada yang mendesak, waktu tidur kita korbankan.

2. Online portfolio
Dari sini bisa nambah teman, ajakan kolaborasi bahkan mendapat klien dari dalam / luar negeri.

3. Situs portal pekerjaan
Ada banyak situs dengan ribuah perusahaan yang membutuhkan jasa kreatif dan membuka kesempatan untuk siapa saja untuk berkontribusi. Dengan sistem pitching, mereka menyediakan brief dan tenggat waktu yang tidak lama. Namun kalau karya kita terpilih, nominalnya lumayan lho. Contohnya: freelancer.com, odesk.com, elance.com, sribu.com, etc

4. Banyak eksplorasi
Ayolah, kita kan sudah ngga terikat waktu dan bebas melakukan apa saja. Ada baiknya meluangkan waktu juga untuk mulai berpetualang melakukan projek-projek seru bersama teman-teman baru. Hal-hal seperti itu akan membuat kita selalu belajar dan menghasilkan karya yang tidak akan kita duga sebelumnya.

Bagaimana menurutmu kota Surabaya dibandingkan dengan kota lainnya (misalnya Yogyakarta)?

Ini saya ngomongin dari ranah seni dan kreatif yah. Buat saya Surabaya itu still-figuring-out city. Kita udah aware dengan ‘kemajuan’ kreatif kota lain. Cuman dalam pelaksanaannya, masih sedikit yang bersedia melakukannya secara mandiri. Sebagai kota industri/metropolis, pola pikir masyarakat surabaya masih terpaku pada bentuk apresiasi secara materi, dan belum berpikir tentang purpose dalam berkarya. Terlepas dari itu semua, Surabaya memiliki potensi yang sangat besar untuk lebih maju. Butuh banyak tangan dan banyak kepala untuk mewujudkannya.

Berminat untuk membuat ilustrasi-ilustrasi lain berdasarkan lingkungan sekitar lagi seperti ini?

PASTI!

 

This post is also available in: English