Musik, Bunyi & Sunyi

Beberapa komposisi Slamet Abdul Sjukur

· 5 June 2014 · Keywords: ·

Slamet Abdul Sjukur lahir di Surabaya, 30 Juni 1935, meninggal 24 Maret 2015. Pertama kali belajar musik sejak tahun 1944, pada usia 9 tahun dan kemudian mengemban pendidikan musik di SMIND (cikal bakal ISI Yogyakarta). Sejak itu, aktivitas musiknya terus berjalan, hingga beliau mendirikan Pertemuan Musik Surabaya (PMS) pada tahun 1957 dan “Alliance Francaise” pada tahun 1960 di Surabaya.

Karena perhatiannya pada “Alliance Francaise” itulah maka Dubes Perancis Jakarta memberinya hadiah berupa beasiswa ke Perancis, yaitu di Concervatoire National Superieur de Musique di bawah bimbungan Oliver Messiaen dan Ecole Normale de Musique de Paris, dibawah bimbingan Henri Duttileux sejak tahun 1962.

Dengan beasiswa pemerintah Prancis, belajar:
analisa dengan Messiaen dan organologi dengan Chambure di
Conservatoire National Superieur de Musique de Paris (1962-63); dan
harmoni dengan Dandelot, kontrapung dan fuga dengan Simone Ple-Caussade, komposisi dengan Dutilleux, piano dengan Jules Gentil dan ansambel demgan Victor Gentil di Ecole Normale de Musique de Paris (1962-1968).
Kemudian bergabung dengan Groupe de Recherches Musicales di ORTF (Radio dan TV Prancis) yang dipimpin Pierre Schaeffer (bapak musik elektro-akustik)

Setelah tinggal di Perancis selama 14 tahun (1962-1976), Slamet kemudian kembali ke Indonesia untuk mengajar di Institut Kesenian Jakarta hingga tahun 1987, kemudian di pascasarjana STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Solo pada tahun 2000-an, dan pada tahun 2008-2010 mengajar di pascasarjana UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung. Pemikiran beliau yang sangat dikenal adalah konsep minimaks, yaitu sikap yang mengormati keterbatasan (MINimal) sebagai tantangan kreatif (MAXimal). Hal itu dilakukannya baik di dalam karya, pendidikan, maupun aktivitas sosialnya. Selain itu, beliau juga merupakan pendiri Masyarakat Bebas Bising yang fokus dalam advokasi bahaya kebisingan atau polusi suara.

Karya-karyanya pernah dimainkan di banyak negara, sebut saja karya berjudul “Gelandangan”, “Jila-laji”, “Uwek-Uwek”, “Parentheses”, “tetabeuhan Sungut”, “GAME-Land” dan masih banyak karya lainnya.

Slamet yang Tetap Slamet Selamanya

Erie Setiawan
Slamet menggemari falsafah Timur, buku dan pengetahuan, yang ia wujudkan dalam laku kesehariannya. Sederhana, penuh ketakterdugaan, sekaligus mendalam.

Partitur Sluman Slumun Slamet Sjukur

Editor Ayorek
Kumpulan Partitur SLUMAN SLUMUN SLAMET Karya Slamet Abdul Sjukur Diterbitkan oleh Ayorek! untuk Pertemuan Musik Surabaya Cetakan pertama: Surabaya, September 2014

Mas Slamet Abdul Sjukur dan Kebisingan Kota

Marco Kusumawijaya
Saya mengenal beliau dalam hubungan yang mulainya “agak resmi,” yaitu beliau sebagai anggota Akademi Jakarta dan saya sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ, ...

Sluman Slumun Slamet Abdul Sjukur

Editor Ayorek
Salah satu komponis Indonesia yang paling berpengaruh dalam menyebarkan “virus” musik kontemporer, dan telah menyabet berbagai penghargaan internasional.

Sluman Slumun Slamet: Pengantar

Gema Swaratyagita
Umur saya 89 tahun, saya kelahiran 1925. / Wah, awet muda sekali. Apa rahasianya? / Setiap jumat malam saya selalu menyisihkan waktu untuk bertapa, meditasi, dengan minum air ...