Surabaya Sketchwar

SurabayaSketchwar

Sejarah Surabaya sebagai salah satu kota tertua di Indonesia adalah juga sejarah migrasi manusia selama ratusan tahun. Sebagai kota pelabuhan dan perdagangan, Surabaya telah menarik para pemukim hingga Hadramaut (Yaman) dan Campa sejak abad ke-15. Manisnya bisnis gula di awal abad ke-20 menarik banyak imigran dari daerah di sekitarnya, menjadikan Surabaya sebagai kota terbesar di Hindia Belanda saat itu, mengalahkan Jakarta. Tinggal di kampung-kampung kumuh dari tengah hingga pinggir kota, para penghuni kawasan ini memainkan penting dalam peristiwa November 1945: kampung menjadi benteng pertahanan yang tak tersentuh Sekutu. Migrasi bukannya berhenti setelah kemerdekaan: terabaikan di daerah asalnya, penduduk pedesaan berbondong-bondong mengklaim daerah pinggiran Surabaya, menciptakan kawasan-kawasan hunian baru. Penguasa Orde Baru pun terlepas dari sejumlah upaya penataan kawasan ini tidak mampu memecahkan akar permasalahannya: distribusi kemakmuran yang tidak adil antara kota dan desa.

Surabaya Sketchwar ini berusaha merekam jejak-jejak migrasi manusia di Surabaya, baik pada bangunannya, maupun pada kegiatan manusianya. Hasil sketsa ini akan dimuat sebagai esai sketsa dalam sebuah buku yang akan diterbitkan bekerjasama dengan The Nippon Foundation mengenai migrasi di Surabaya. Penyelenggara juga akan mengadakan pameran karya sketsa ini (tempat akan ditentukan kemudian). Jumlah peserta dibatasi.

PENTING: Sayangnya, kerjasama ini hanya mencakup biaya pencetakan saja. Untuk itu, mohon dimaklumi terlebih dahulu bahwa penyelenggara tidak bisa menyediakan imbalan finansial untuk mereka yang karyanya dimuat, kecuali copy dari buku.

Lokasi

Kampung Tunjungan
Kampung Tunjungan terletak di tengah area komersial padat di tengah kota Surabaya. Komplek perkampungan ini adalah salah satu yang tertua dan telah berhasil melewati rentetan lini masa dari era kepatihan, kolonial, pasca kemerdekaan, hingga era kapitalisme saat ini. Kampung ini masih bertahan ditengah maraknya industri komersial yang secara fisik terlihat mengokupansi tampak luar dari komplek perkampungan yang masif ini.

Jl. Ratna
Jl. Ratna adalah kampung unik yang hanya memiliki satu gang saja. Kampung ini pada awalnya dikelilingi oleh area perindustrian, namun saat ini area tersebut telah berubah menjadi pusat perbelanjaan, hotel, dan apartemen. Karena letaknya yang strategis, jl. Ratna saat ini menjadi sebuah tempat singgah yang ideal bagi pendatang, sehingga banyak ditemukan rumah kos dengan desain yang khas untuk menampung pendatang tersebut dalam ruang yang terbatas.

MISA -Massive Influx Study Activity-
A Study of Impact of Urban Migration for Major Cities in Indonesia

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari proses dan pengaruh dari fenomena urbanisasi di kota Surabaya, kemudian untuk mengembangkan sebuah metodologi untuk menghubungkan kedua pihak dalam masyarakat yaitu penduduk pendatang dan penduduk asli. Dimana keduanya paling banyak dijumpai hidup berdampingan di dalam kampung. Kami bekerja secara kolaboratif dengan berbagai komunitas dan individu dari latar belakang yang berbeda untuk menerima masukan dan pendapat mengenai kondisi kota Surabaya saat ini. Hasil dari studi ini akan diajukan kepada publik, dalam upaya mencari gaya hidup yang layak untuk kota-kota di Asia.

Project Collaborators

Kenta Kishi, Ichsan Harja, Mohammad Cahyo, Junko Sato, Bintang Putra and Daiki Nakagawa.

Grant

Collaborative Grants 2013, API Fellowship Program of The Nippon Foundation

Contact Us

+62 856 310 7662
Rungkut Asri Timur VII, no. 8
60293, Surabaya
Indonesia

EVENT SNAPSHOT

Event Category

RSVP

Not Required

ENTRANCE

Free

When

Date: 06 Dec 2013 to 08 Dec 2013

Address

Rungkut Asri Timur VII, no. 8 , Surabaya , Jawa Timur , Indonesia , 60293

Contact Information

Orange House Studio
+62 856 310 7662

Share This Event

MAP