Keberadaan danau Sentarum mungkin belum se-populer danau-danau lain yang tersebar di nusantara. Keberadaannya di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia yang sepi membuatnya seakan terisolir dan cenderung luput dari perhatian penyelenggara negara ini, dari wisatawan lokal dan internasional sekalipun.
Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, kira-kira 700 kilometer arah Timur Laut kota Pontianak. Secara administrasi kawasan ini meliputi tujuh kecamatan terdiri dari Kecamatan Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan Semitau.
Topografi danau seluas 80.000 ha ini terhitung istimewa karena bentuknya adalah cekungan datar atau Lebak Lebung (Floodplain) yang merupakan daerah hamparan banjir, dikelilingi jajaran pegunungan sehingga danau ini merupakan salah satu tipe ekosistem hamparan banjir paling luas di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, yang masih tersisa dan dalam kondisi baik.
Kawasan Danau Sentarum merupakan daerah tangkapan air di musim hujan yang akan tergenang selama sekitar 10 bulan dengan kedalaman berkisar antara 6-14 meter, namun kondisi kering kerontang yang kontras akan terlihat pada musim kemarau, dimana hanya menyisakan alur-alur sungai kecil di tengah bentangan cekungan danau yang luas.
Danau Sentarum adalah asa bagi kehidupan dua kelompok masyarakat, Melayu dan Dayak yang tinggal menetap di sekitaran danau itu. Bila mayoritas masyarakat Melayu memiliki mata pencaharian sebagai nelayan yang terbiasa menjala, memukat, memasang sentaban (jebakan ikan), memelihara ikan dalam keramba serta mengumpulkan ikan-ikan hias, maka masyarakat Dayak yang mayoritas terdiri dari suku Dayak Iban, Kantuk, Embaloh, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan adalah peladang dan pemburu yang tangguh.
Dengan dukungan dari Galeri Foto Jurnalistik Antara, House Of Sampoerna, Antara Foto, Yayasan Riak Bumi, Imaji Bumi, Yayasan Bumi Khatulistiwa, Omar Niode Foundation, Paperina, Globe Digital Imaging, Matanesia, VSEE, Neo Journalism Club, dan www.enjoydanausentarum.com, Majalah Travelounge sepuluh fotografer muda Anastasia Widyaningsih, Atet Dwi Pramadia, Bayu Amde Winata, Dhira Danny Widjaja, R. Heru Hendarto, Idham Rahmanarto, Ramadian Bachtiar, Rangga Rinjani, Septiawan, dan Sumarno melakukan pemotretan ke sejumlah daerah di kawasan danau Sentarum dengan tujuan untuk berinteraksi langsung dengan warga setempat, hidup bersama dengan mereka selama beberapa waktu, baik di musim penghujan ataupun musim kemarau.
Hasilnya adalah sebuah pameran foto bertema "Perjalanan ke Tanah Leluhur Danau Sentarum" yang merangkum sebanyak 61 foto yang bercerita tentang keanekaragaman alam, budaya dan pranata sosial lainnya yang diharapkan dapat membuka mata kita akan keberadaannya supaya tidak hanya hadir menjadi pelengkap Bumi Pertiwi melainkan juga merasakannya sebagai bagian dari wilayah NKRI yang utuh dan memiliki keistimewaan tersendiri, sama seperti daerah manapun di Nusantara ini.
Danau Sentarum adalah fenomena karunia sang Khalik yang tak akan ditemukan duanya di manapun, kekurangan serta keindahannya menyatu dengan masyarakat, dengan flora dan fauna, di tengah kemarau dan butiran air hujan, serta riwayat masa lalu yang masih butuh dikupas tuntas.
Sebuah kutipan dari tulisan Soe Hok Gie “Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat", kiranya akan selalu mendorong semangat pendokumentasian daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia di masa yang akan datang.
Pembukaan pameran foto "Perjalanan ke Tanah Leluhur Danau Sentarum" dilaksanakan 26 Juni, dan dijadwalkan berlangsung hingga 8 Agustus 2014 di Galeri House Of Sampoerna, Taman Sampoerna 6, Surabaya. Pembukaan dihadiri antara lain oleh Kurator GFJA Oscar Motuloh, Guru Besar Arkeologi Universitas Airlangga Laurentius Dyson dan Direktur House Of Sampoerna Ina Silas.
Pameran terbuka untuk umum, dan akan disertai Gallery Talk yang dijadwalkan pada malam pembukaan Kamis, 26 Juni 2014 pukul 20.00 WIB, menghadirkan pembicara Hadi Purnomo (ahli Antropologi Visual) dengan moderator Mamuk Ismuntoro (Matanesia).
Catatan:
Untuk keperluan publikasi pihak Penyelenggara Pemeran menyediakan sejumlah foto-foto yang dapat digunakan sebagai materi pemberitaan. Silahkan menghubungi:
1. Dhira Dhanny Widjaya (0813 1410 3577) / danny@gfja.org
2. Mosista Pambudi (0811 926 959) / mosista@gfja.org
EVENT SNAPSHOT
Website
http://gfja.org/RSVP
Not RequiredENTRANCE
FreeWhen
Date: 26 Jun 2014 to 08 Aug 2014Address
Galeri House Of Sampoerna , Jl. Taman Sampoerna 6 , Surabaya , Jawa Timur , IndonesiaHow To Get There
Contact Information
Dhira Dhanny Widjaya0813 1410 3577
danny@gfja.org