Pasar Gembong: dari kursi roda modifikasi hingga kamera analog

Pasar Gembong adalah sebuah tempat perbelanjaan dengan barang dagangan yang sangat unik dan beragam di Surabaya. “Menu utamanya” berupa barang bekas, meski ada juga yang menjual barang baru. Di Surabaya, jika ada yang menyebut “Pasar Gembong”, maka yang pertama muncul di pikiran pasti barang bekas segala rupa. Pasar ini bisa ditemui berderet di sepanjang jalan Kapasari, atau jalan belok ke kanan dari arah Hi-Tech Mall (Ngaglik).Uniknya, persepsi mengenai dimana persisnya deretan pasar yang disebut ‘Pasar Gembong’ ini ternyata bermacam-macam. Baik dari para pedagangnya atau dari para pengunjung setianya, masing-masing punya versi pemahaman sendiri tentang letak Pasar Gembong ini.

Versi pertama - yang juga merupakan pemahaman mayoritas (terutama dari para pengunjung) - adalah pasar barang bekas yang berlokasi di sepanjang jalan Kapasari sampai belok masuk jalan Gembong Tebasan. Versi kedua, “Pasar Gembong” adalah pasar yang ada di dalam jalan Gembong Tebasan. Setelah kami selidiki, ternyata di dalam jalan Gembong Tebasan memang ada pasar sayur dengan plang resmi bertuliskan “Pasar Gembong”, padahal yang kami maksud adalah Pasar Gembong yang menjual barang bekas. Lucunya, jawaban versi kedua ini sering kita dapati kalau kita bertanya ke para pedagang yang beroperasi di sepanjang jalan Kapasari. Versi ketiga, “Pasar Gembong” adalah sepanjang jalan Kapasari, Gembong Tebasan, sampai Ngaglik sebelum rel. Wah, bingung juga ya! Tapi, di manapun sesungguhnya dan tepatnya “Pasar Gembong” ini, yang jelas tiga wilayah ini merupakan “ladang” harta karun perburuan barang bekas yang penuh kejutan.

Pasar · 4 May 2013 · Keywords: ·
ave-map_filled_3

Gembong 1: Area Kapasari

Mari kita mulai perburuan di surga barang bekas ini dari area yang paling padat pedagang, yaitu Gembong area Kapasari. Jika kita datang dari arah Hi-Tech Mall atau jalan Kusuma Bangsa, kita bisa melihat bahwa sisi kiri jalan lebih padat pedagang daripada sisi kanan jalan. Sisi kiri ini adalah ‘daerah kekuasaan’ pedagang, yang sudah dimulai dari awal jalan Kapasari, dan tidak terputus sampai sebelum rel. Berbeda dengan sisi kanan jalan yang lapak pedagangnya berjeda, tidak runtut dari ujung ke ujung. Seperti mayoritas pedagang Gembong di area lainnya, pedagang-pedagang disini tak kenal libur, mereka buka setiap hari.

Gembong

Pada dasarnya, pasar Gembong memiliki tingkat keramaian penjual dan pembeli yang berbeda-beda menurut waktu. Di hari biasa, pasar ini ramai pada jam-jam sore sebelum maghrib untuk memanfaatkan jam orang pulang dari kantor, pada akhir pekan lebih ramai lagi. Sementara di pagi hari hanya ada beberapa penjual saja yang menggelar barang dagangannya.

Secara umum, direktori  barang-barang di area Kapasari ini sejenis dengan area Ngaglik, karena sama-sama menjual “segalanya”. Bedanya, di Kapasari komposisi barang dagangannya lebih konsisten daripada di Ngaglik. Dari hari ke hari, satu lapak selalu menjual jenis barang yang sama. Jika hari ini  menjual perlengkapan rumah tangga, akan begitu seterusnya. Cara display barang dagangan di area ini bermacam-macam. Sebagian besar menggelar terpal di jalan dan menata barang dagangannya atau malah membiarkannya bertimbun menggunung di atas terpal. Ada yang digantung berderet di tembok, ada yang dipajang di mana saja tempat yang lowong, dalam bahasa Jawanya disebut pating cerentel. Ada yang memiliki toko sendiri, tapi barang dagangannya tetap agak keluar memakan badan jalan.

Pedagang pakaian bekas menggunakan kapstok sebagai alat display-nya. Ada yang memisahkan pakaian-pakaian sesuai jenisnya: sederet gantungan kapstok khusus celana jeans, gantungan lainnya khusus jaket windbreaker, gantungan lainnya khusus kemeja flanel, dan sebagainya.

Beberapa barang unik yang bisa ditemukan di area Kapasari ini misalnya: frame kacamata bermodel lawas, suku cadang kipas angin (bagian mana pun, bahkan beli tutup baling-balingnya juga boleh), perkakas pertukangan yang tak kalah dengan di supermarket, babywalker dan kereta bayi bekas, sepeda tersedia mulai sepeda anak sampai sepeda dewasa, fixie atau sepeda lipat bekas dalam berbagai kondisi.

kursi

Kursi roda modifikasi dan baby walkers

Ada pula toko yang menjual kursi roda modifikasi, kursi dudukannya diganti dengan kursi plastik yang biasa dipakai untuk hajatan. Menurut sang penjual, kursi itu memang sudah dimodifikasi oleh pemiliknya terdahulu sehingga lebih gampang digunakan termasuk untuk mandi. Rupanya, kursi semacam ini sudah sering dipesan oleh sejumlah rumah sakit untuk keperluan pasiennya.

Photo0244

Selain itu, juga ada suku cadang sepeda (bekas), pompa hidrolik, sepatu roda (model yang hanya roda yang harus dipasang ke sepatu sampai in-line-skate) yang bersanding dengan rantai bekas dan barbel di lapak yang sama. Sementara itu, di sisi kanan jalan Kapasari kita bisa menjumpai sepatu kulit, kipas angin dan peralatan elektronik rumah tangga, semuanya dalam model lawas. CD dan kaset asli (bekas) dari dalam dan luar negeri juga bisa dijumpai di sini.

Gembong 2: Area Gembong Tebasan

Area ini bisa dibilang sebagai pusat mode-nya Pasar Gembong, karena sepanjang jalan Gembong Tebasan ini semua pedagangnya kompak berdagang komoditi sandang, dalam kondisi bekas tentunya. Tidak seperti area Kapasari dan Ngaglik, lapak di Gembong Tebasan ini rata-rata tutup jam 5 sore.  Jika jeli, disini kita bisa mendapatkan pakaian bermerek loh (asli tapi bekas, tentu saja). Yah, dengan sedikit kerusakan atau noda sih, tapi dengan bekal kreatifitas tentu hal seperti itu tak jadi masalah besar kan? Bagi Anda yang baru masuk dunia kerja atau sedang butuh kostum untuk pementasan drama, tempat ini juga bisa jadi jujugan yang bagus karena di sini banyak dijual kemeja resmi (khususnya kemeja pria) dan beberapa gaun yang bisa dipertimbangkan untuk kostum drama dengan latar belakang masa lalu. Meskipun Surabaya panas, tapi sweater dan jaket di sini rasa-rasanya tetap sulit ditolak…

Gembong 3: Area Ngaglik

Area Ngaglik sama beragamnya seperti Kapasari, tapi sejauh pengamatan kami semakin malam semakin ramai. Area ini juga cenderung lebih ramai di sisi kiri jalan (jika kita datang dari arah Hi-Tech Mall). Mungkin karena jalan di sini satu arah. Di sisi kiri jalan tersebut ada satu gang yang cukup luas dimasuki mobil dimana terdapat pula lapak-lapak pedagang di kanan-kiri jalannya. Jika di Kapasari semua pedagang konsisten dalam menjajakan jenis barang dagangan, di Ngaglik ini terdapat cukup banyak pedagang yang berganti-ganti jenis barang dagangan setiap harinya.

Hari ini menjual wajan, beberapa hari kemudian menjual radio, lalu minggu depannya berjualan komik. Pergantian barang dagangannya tidak tentu, kadang siklusnya harian, kadang juga mingguan, tergantung barang apa yang bisa mereka dapatkan. Barang yang mereka gelar dalam satu lapak sangat beragam, dalam satu gelaran terpal kita bisa menemukan kamera analog, kaset, tabung reaksi, komik, guci, sambungan pipa dan alat pijat refleksi. Ada juga penjual yang display barang dagangannya berupa dua keranjang yang dipikul, di keranjang sebelah kanan terdapat tumpukan celana jeans, sementara di keranjang sebelah kiri terdapat kipas angin.

Jika malam tiba, pedagang di jalan utama menjadi bertambah. Selain pengunjung yang membludak sampai memakan separuh jalan utama, tatanan lapaknya juga lebih rapi. Barang yang dijual antara lain barang-barang yang mengeluarkan cahaya (lampu, bekas dan baru), dompet kulit untuk pria yang bahkan masih ada boks-nya, barang elektronik, handphone bekas dan aksesorisnya, perkakas dan lain-lain. Barang-barang yang bersifat klenik seperti keris dan batu akik juga bisa dijumpai di sini. Lucunya, saat siang lapak klenik ini terletak d sebelah lapak mainan anak-anak. Barang unik yang juga bisa ditemukan di area Ngaglik ini antara lain radio lama (yang berukuran besar itu), televisi kecil, walkman, discman, suku cadang elektronik rumah tangga (misalnya mesin blender yang hanya berupa mesinnya saja, tanpa wadah airnya), blackberry yang bisa dianggap sebagai smartphone yang harganya cukup mahal, flash kamera yang sudah tidak utuh lagi, juga kamera-kamera analog yang bisa didapat dengan harga 35 ribu sampai 60 ribuan, yang laris biasanya bermerek Canon, Nikon dan Yasica. Bahkan salah seorang pedagang mengaku kadang bisa mendapatkan kamera lengkap dengan lensa tele.

Tidak kalah dengan pusat buku bekas di jalan Semarang, di Gembong area Ngaglik ini kita juga bisa menemukan pedagang yang menjual komik berseri sekaligus. Bahkan di antara deretan komik ini kami menemukan pula sejumlah kitab suci dan kartu ucapan serta kantong kertas untuk angpao, ada juga notes bekas yang sudah separo terisi oleh pemilik aslinya.

Jumpa Mereka di Gembong

jumpa-mereka-di-gembong!

Ada banyak karakter-karakter menarik yang sering dijumpai di Gembong ini. Pertama, ibu-ibu warkamsi (warga kampung sini) yang berdaster dan menawar harga secara amat sadis dengan jurus alasan handal mereka: “Wingi loh, tonggoku tuku nang kene jarene cumak mangewu!” (Kemarin loh tetanggaku beli di sini katanya harganya cuma lima ribu!). Padahal harga barangnya Rp. 25.000. Wik!  Yang kedua, pembeli mahatahu yang sering disalahkira sebagai sang penjual. Ciri-cirinya: mengerti luar-dalam barang-barang yang dijual di lapak tertentu, tampak sibuk di depan lapak dalam waktu lama, dan kalau ada calon pembeli yang kelihatan bingung langsung dihampiri dan diberi penjelasan singkat, kadang malah penjelasan mendalam. Setelah selesai menjelaskan, biasanya si calon pembeli akan berkata: “Kalo gitu ini harganya berapa pak?”, yang akan dijawab dengan wajah “bijak yang lelah” seakan menyiratkan “Ah, lagi-lagi begini” dan jawaban: “Wah, bukan saya pedagangnya” sambil nyengir. Ketiga, bapak-bapak berumur yang mencari barang-barang yang juga berumur (biasanya konsumen keris dan akik). Keempat, pedagang yang berpakaian safari rapi. Kelima, bapak-bapak pasar dengan topi, kaos butut warna gelap dan celana bermuda gelap, sukanya minum minuman berenergi yang warnanya warna primer.

This post is also available in: English