Tampaknya, dengan makin meningkatnya populasi urban (54% dari populasi dunia), minat untuk membahas kota pun meningkat di kalangan umum. Pembahasan tata dan kehidupan kota kini tidak lagi terbatas pada pemerintah, ilmuwan tata kota, arsitek, atau pengembang. Makin banyak orang, sebagai individu ataupun kelompok, dapat berpartisipasi dalam pembahasan mengenai kota. Tidak hanya melalui berbagai acara seperti konferensi, pameran, festival, tapi juga mempublikasikannya secara cetak maupun digital.
Tentunya, ini tidak terpisah dari perkembangan media dan teknologi, terutama Internet, yang berdampak besar mengubah kanal informasi dan komunikasi. Makin banyak kita dapati publikasi online maupun cetak yang bermunculan dengan fokus utama pada kota. Beberapa bersifat lintas kota, beberapa memberi fokus utama pada kota lokalnya. Simak misalnya, CityLab (sebelumnya the Atlantic Cities), dan juga konferensinya, Guardian Cities, Next City, Cities, Citiscope, Asian Urban Epicentres. Sementara untuk media yang memberi fokus utama meliput kotanya—meski terkadang juga meliput dari luar—dapat kita nikmati New York dari narrative.ly, Untapped Cities; kota-kota di Kanada dari Spacing; Singapura dari Poskod. Dari Indonesia, ada Jakartabeat, Konteks, Makassar Nol Kilometer, Rujak Centre for Urban Studies (RCUS, Jakarta), whiteboardjournal. (Catatan: Di tahun 2012-2013, Ayorek! tergabung dalam program dinamika pengetahuan perkotaan (urban knowledge dynamics) bersama RCUS, Makassar Nol Kilometer, dan UGD Semarang. Meski program ini sudah selesai, Ayorek! masih tetap kami kembangkan, beserta komunikasi dan kerjasama dengan jaringan yang telah terbangun.) Di Surabaya, dalam beberapa tahun ini terasa pula, semaraknya media online yang fokus, atau memberi kolom khusus, untuk kota Surabaya. Sebutlah Cerita Surabaya, Event Surabaya, Ronascent (dengan kanal dan catatan kaki Surabaya), Praotozine, Surabaya Tempo Dulu, dan sebagainya.
Itu hanya segelintir yang kami tahu. Guardian Cities pernah memetakan berbagai blog yang meliput kota lokalnya. Sama seperti daftar yang kami sebutkan sebelumnya, pastinya penyebaran maupun cakupannya tidak merata, apalagi menyeluruh—ada banyak sekali blog yang tidak terpetakan, entah karena alasan bahasa (yang tak bisa disangkal banyak terbatas pada media berbahasa Inggris), jangkauan jaringan, atau lainnya. Lapangan persaingan dan akses jelas tidaklah rata.
Kita juga tidak bisa naif menganggap semua batasan kemudian hilang dan akses menjadi merata dengan adanya Internet, apalagi ada makin banyak pihak yang berusaha membatasi kebebasan dan “netralitas” internet. Negara masih dapat memblokir akses (meski mungkin dapat disiasati atau dilawan). Tak bisa dilupakan pula, saringan algoritma dalam tiap sistem.
Membuat dan menjaga kelanjutan media online juga bukanlah hal yang mudah. Meski mungkin biaya memulainya (seperti hosting, domain, perangkat lunak sistem pengelolaan konten seperti WordPress, Drupal, Joomla) sangat terjangkau atau terkadang bisa gratis, mendesain, memperbarui situs untuk memastikan isinya tetap segar menggigit, dan menjaga keberlanjutannya dapat menghabiskan banyak waktu. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sudah ada banyak catatan dan liputan mengenai semaraknya banyak start-up membuat situs berita yang memfokuskan pada lokasi daerah, kota, bahkan kode pos tertentu (kadang-kadang juga disebut hyperlocal), tapi banyak juga yang segera terbengkalai atau mati. Belum lagi, ketika informasi begitu mudah didapat dan disebarkan, bagaimana kita memastikan kebenarannya?
Karenanya, sebagai salah satu media baru dengan fokus pada kehidupan kota, Ayorek! ingin membuka dialog pembahasan media dan kota, dan membuka kolom Media untuk menampungnya. Di zaman ini, bagaimanakah peran, potensi, dan tantangan media atau protokol komunikasi dalam membentuk pengetahuan kita, terutama berkaitan dengan kota? Meski pembahasan yang dihadirkan jauh dari menyeluruh, tapi kami berharap yang hadir di sini dapat sedikit berguna, menjadi pemicu pembahasan ataupun ide baru.